Senin, 21 Januari 2013

CANDI AMPEL TULUNGAGUNG, Reruntuhan yang Masih Menyimpan Misteri


CANDI AMPEL? Belum lama aku dengar nama candi ini. Penasaran banget jadinya. Didasari rasa penasaran, akhirnya aku datang ke tempat ini. Secara administratif Candi Ampel terletak di Dusun Ngampel, Desa Joho, Kecamatan Kalidawir, sekitar 23 kilometer arah selatan dari pusat pemerintahan Kabupaten Tulungagung.
Untuk sampai ke Candi Ampel dari Kota Tulungagung dapat langsung menuju arah tenggara yaitu Pasar Karangtalun yang berada di pusat pemerintahan Kecamatan Kalidawir. Dari pertigaan Pasar Karangtalun tinggal menyusuri jalan beraspal ke arah barat. Di pertigaan jalan beraspal Desa Joho ada papan penunjuk arah. Dari pertigaan masuk jalan tidak beraspal ke arah barat sekitar 100 meter. Kemudian ada gang kecil ke arah selatan untuk menuju lokasi Candi Ampel ini.
Pertama kali menginjakkan kaki, hanya rasa penasaran yang ada mengenai sejarah candi ini. Ada name board yang terletak di depan menghadap ke arah barat. Halaman areal situs ini terlihat bersih yang menandakan kalau situs ini dirawat.

 Name Board Candi Ampel

Candi ini terletak di tengah pemukiman penduduk yang tidak begitu padat. Areal candi ini berukuran sekitar 20 meter x 15 meter yang dikelilingi kawat berduri dan menghadap ke arah barat. Halaman di sekitar candi ini banyak ditanami tumbuhan keras. Halaman candi dikelilingi pagar yang terbuat dari kawat berduri.

Secara umum kondisi Candi Ampel sudah hancur mengenaskan karena telah runtuh dan hanya tinggal tumpukan bata merah dengan tinggi sekitar 1,5 meter serta ada beberapa komponen yang terbuat dari batu andesit.
Candi Ampel terlihat dari arah barat

Candi Ampel terlihat dari arah selatan

Candi Ampel terlihat dari arah timur
 Candi Ampel terlihat dari arah utara

Ada beberapa umpak yang tersisa. Umpak di candi ini mirip dengan umpak yang ada di Candi Gayatri di Boyolangu. Hal ini menimbulkan spikulasi kalau bentuk Candi Ampel mirip dengan Candi Gayatri. Tetapi anggapan tersebut hanya tinggal anggapan, karena data sejarah mengenai candi ini minim sekali. Kebetulan waktu berkunjung ke sana bertemu dengan seorang bapak yang sedang mencari makanan ternak. Ternyata bapak itu adalah sang juru kunci candi ini dan bernama Sawa’un. Karena ada narasumber yang berkompeten akhirnya aku bertanya mengenai candi ini. Beliau sendiri dan juru kunci sebelumnya juga kurang mengetahui sejarah mengenai candi ini. Menurut beliau, dulu ada banyak arca tetapi ada yang hilang. Dua arca yang tersisa akhirnya beliau bawa pulang untuk menghindari pencurian. Sayang sekali waktu datang ke Candi Ampel ini tidak sempat mampir ke rumah sang juru kunci untuk melihat arca tersebut.



Candi ampel terbuat dari batu bata dan batu andesit. Candi ini telah lapuk dimakan usia sehingga banyak kerusakan. Keadaan ini diperparah dengan tumbuhnya 7 pohon yang berukuran raksasa pada tubuh candi/tengah candi, yaitu pohon Joho, Winong, Aren, Kendal, Serut, Ingas dan Leran.






Candi ini hanya menyisakan sedikit relief. Walaupun demikian di sisa kaki candi sebelah selatan, maih terlihat relief yang menunjukkan pahatan sulur-suluran dengan motif flora. Ada pula pahatan yang menyerupai bentuk tubuh manusia, tapi sudah tidak berkepala. Sayang sekali relief-relief tersebut hanya terlihat samar-samar. Sulit sekali mengidentifikasi latar belakang keagamaan Candi Ampel ini karena minimnya relief yang ada atau bukti-bukti sejarah yang lain.
Di sekitar candi juga masih ada peninggalan yang berupa arca berwujud seperti manusia yang tanpa kepala serta beberapa balok batu andesit.


 Candi ini terletak di dataran rendah di sekitar kaki perbukitan Walikukun. Sebagian besar candi yang berada di lokasi lain di dataran rendah yang sama berlatar belakang sejarah dari masa Majapahit. Berdasarkan lokasi dan rancang bangunnya, kemungkinan besar Candi ampel ini juga dibangun pada waktu yang sama yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.
Adanya ornament di kaki candi yang berupa sulur-suluran, arca Dwarapala, umpak-umpak dan yoni merupakan kekuatan situs ini yang masih dapat kita kenali. Adanya yoni menunjukkan bahwa bangunan candi ini berlatar belakang keagamaan Hindu. Adanya umpak-umpak menunjukkan bahwa candi ini dulunya mempunyai atap yang menaungi bagian atas dan umpak-umpak ini sebagai penyangganya. Sebagaimana candi lainnya di Indonesia, Candi Ampel dahulu juga digunakan sebagai pemujaan. Sekarang candi ini sudah tidak lagi digunakan sebagai tempat pemujaan bagi umat agama Hindu, hanya berfungsi sebagai objek wisata saja. Dalam hal tertentu, candi ini masih dijadikan sebagai tempat “nyuwun donga” (meminta do’a dan berkah) oleh penduduk sekitar candi. Waktu berkunjung ke candi ini, saya bertemu 2 orang laki-laki. Mereka bilang sering datang ke sana. Katanya kalau punya hajat (keinginan) dan berdoa di candi ini bisa terkabul keinginannya. Di sekitar reruntuhan candi juga saya temukan tungku yang kemungkinan digunakan untuk membakar kemenyan. Memang candi ini sepertinya dikeramatkan dan dimanfaatkan beberapa orang untuk mencari wangsit.

Sumber :
1. Observasi tanggal 24 Juni 2012
2. Bapak Sawa'un, Juru Kunci Candi Ampel
3. Berbagai sumber yang mendukung

3 komentar:

  1. Ada baiknya candi2 yang tinggal reruntuhan dibuatkan tiruaanya dari batu bata saja, dibuat di tempat yang tak jauh dari aslinya, dijadikan tempat wisata... Piye yo?

    BalasHapus