CANDI AMPEL? Belum lama aku
dengar nama candi ini. Penasaran banget jadinya. Didasari rasa penasaran,
akhirnya aku datang ke tempat ini. Secara administratif Candi Ampel terletak di
Dusun Ngampel, Desa Joho, Kecamatan Kalidawir, sekitar 23 kilometer arah
selatan dari pusat pemerintahan Kabupaten Tulungagung.
Untuk sampai ke Candi Ampel dari Kota Tulungagung dapat langsung
menuju arah tenggara yaitu Pasar Karangtalun yang berada di pusat pemerintahan
Kecamatan Kalidawir. Dari pertigaan Pasar Karangtalun tinggal menyusuri jalan
beraspal ke arah barat. Di pertigaan jalan beraspal Desa Joho ada papan
penunjuk arah. Dari pertigaan masuk jalan tidak beraspal ke arah barat sekitar
100 meter. Kemudian ada gang kecil ke arah selatan untuk menuju lokasi Candi Ampel
ini.
Pertama kali menginjakkan kaki, hanya rasa penasaran yang ada
mengenai sejarah candi ini. Ada name board yang terletak di depan menghadap ke
arah barat. Halaman areal situs ini terlihat bersih yang menandakan kalau situs
ini dirawat.
Candi ini terletak di tengah pemukiman penduduk yang tidak begitu
padat. Areal candi ini berukuran sekitar 20 meter x 15 meter yang dikelilingi
kawat berduri dan menghadap ke arah barat. Halaman di sekitar candi ini banyak
ditanami tumbuhan keras. Halaman candi dikelilingi pagar yang terbuat dari
kawat berduri.
Secara umum kondisi Candi Ampel sudah hancur mengenaskan karena telah
runtuh dan hanya tinggal tumpukan bata merah dengan tinggi sekitar 1,5 meter serta
ada beberapa komponen yang terbuat dari batu andesit.
Candi
Ampel terlihat dari arah barat
Candi
Ampel terlihat dari arah selatan
Candi
Ampel terlihat dari arah timur
Ada beberapa umpak yang tersisa. Umpak di candi ini mirip dengan
umpak yang ada di Candi Gayatri di Boyolangu. Hal ini menimbulkan spikulasi
kalau bentuk Candi Ampel mirip dengan Candi Gayatri. Tetapi anggapan tersebut
hanya tinggal anggapan, karena data sejarah mengenai candi ini minim sekali.
Kebetulan waktu berkunjung ke sana bertemu dengan seorang bapak yang sedang
mencari makanan ternak. Ternyata bapak itu adalah sang juru kunci candi ini dan
bernama Sawa’un. Karena ada narasumber yang berkompeten akhirnya aku bertanya
mengenai candi ini. Beliau sendiri dan juru kunci sebelumnya juga kurang
mengetahui sejarah mengenai candi ini. Menurut beliau, dulu ada banyak arca
tetapi ada yang hilang. Dua arca yang tersisa akhirnya beliau bawa pulang untuk
menghindari pencurian. Sayang sekali waktu datang ke Candi Ampel ini tidak
sempat mampir ke rumah sang juru kunci untuk melihat arca tersebut.
Candi ampel terbuat dari batu bata dan batu andesit. Candi ini
telah lapuk dimakan usia sehingga banyak kerusakan. Keadaan ini diperparah
dengan tumbuhnya 7 pohon yang berukuran raksasa pada tubuh candi/tengah candi,
yaitu pohon Joho, Winong, Aren, Kendal, Serut,
Ingas dan Leran.
Candi ini hanya menyisakan sedikit relief. Walaupun demikian di
sisa kaki candi sebelah selatan, maih terlihat relief yang menunjukkan pahatan
sulur-suluran dengan motif flora. Ada pula pahatan yang menyerupai bentuk tubuh
manusia, tapi sudah tidak berkepala. Sayang sekali relief-relief tersebut hanya
terlihat samar-samar. Sulit sekali mengidentifikasi latar belakang keagamaan
Candi Ampel ini karena minimnya relief yang ada atau bukti-bukti sejarah yang
lain.
Di sekitar candi juga masih ada peninggalan yang berupa arca
berwujud seperti manusia yang tanpa kepala serta beberapa balok batu andesit.
Candi ini terletak di
dataran rendah di sekitar kaki perbukitan Walikukun. Sebagian besar candi yang
berada di lokasi lain di dataran rendah yang sama berlatar belakang sejarah
dari masa Majapahit. Berdasarkan lokasi dan rancang bangunnya, kemungkinan
besar Candi ampel ini juga dibangun pada waktu yang sama yang merupakan
peninggalan Kerajaan Majapahit.
Adanya ornament di kaki candi yang berupa sulur-suluran, arca
Dwarapala, umpak-umpak dan yoni merupakan kekuatan situs ini yang masih dapat
kita kenali. Adanya yoni menunjukkan bahwa bangunan candi ini berlatar belakang
keagamaan Hindu. Adanya umpak-umpak menunjukkan bahwa candi ini dulunya
mempunyai atap yang menaungi bagian atas dan umpak-umpak ini sebagai
penyangganya. Sebagaimana candi lainnya di Indonesia, Candi Ampel dahulu juga
digunakan sebagai pemujaan. Sekarang candi ini sudah tidak lagi digunakan
sebagai tempat pemujaan bagi umat agama Hindu, hanya berfungsi sebagai objek
wisata saja. Dalam hal tertentu, candi ini masih dijadikan sebagai tempat
“nyuwun donga” (meminta do’a dan berkah) oleh penduduk sekitar candi. Waktu
berkunjung ke candi ini, saya bertemu 2 orang laki-laki. Mereka bilang sering
datang ke sana. Katanya kalau punya hajat (keinginan) dan berdoa di candi ini
bisa terkabul keinginannya. Di sekitar reruntuhan candi juga saya temukan tungku
yang kemungkinan digunakan untuk membakar kemenyan. Memang candi ini sepertinya
dikeramatkan dan dimanfaatkan beberapa orang untuk mencari wangsit.
Sippp mbak,,,,
BalasHapusocheeee....
BalasHapusAda baiknya candi2 yang tinggal reruntuhan dibuatkan tiruaanya dari batu bata saja, dibuat di tempat yang tak jauh dari aslinya, dijadikan tempat wisata... Piye yo?
BalasHapus