Rabu, 17 Juli 2013

CANDI SUMBERNANAS



Name Board Candi Sumbernanas
Candi Sumbernanas secara administratif terletak di Dusun Rejoso, Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Lokasi candi tersebut sangat terpencil dan harus bertanya beberapa kali kepada penduduk untuk mencapainya karena letaknya berada di tengah persawahan dikelilingi pepohonan dan jarang sekali pemukiman warga di sekitarnya. Candi tersebut tidak kelihatan dari jalan desa karena tertutup tanaman. Candi Sumbernanas ditemukan pertama kali pada tahun 1919. Lokasi candi berdekatan dengan Candi Kalicilik, yaitu sekitar 2 kilometer.
Kondisi bangunan Candi Sumbernanas telah runtuh dan berantakan, badan dan atap candi telah hilang, hanya menyisakan bagian kaki candi. Oleh karena itu, masyarakat sekitar menyebut Candi Sumbernanas dengan sebutan Candi Bubrah. Waktu bertanya penduduk sekitar dimana Candi Sumbernanas tapi mereka kurang tahu dan menjawab adanya Candi Bubrah. Nama “Sumbernanas” diberikan karena daerah sekitar merupakan daerah pertanian dengan tanaman khas nanas.
Candi Sumbernanas dari berbagai segi
Candi Sumbernanas terbuat dari batu bata merah. Candi menghadap ke arah barat. Candi ini berukuran panjang sekitar 7,6 meter dan lebar sekitar 7,4 meter. Belum diketahui kapan dan oleh siapa Candi Sumbernanas, karena belum ada keterangan dan bukti tertulis misalkan prasasti.
Arca Dewi Parwati
Pada Candi Sumbernanas pernah ditemukan Arca Dewi Parwati. Dewi Parwati merupakan sakti atau istri Siwa Mahadewa dan dianggap sebagai Dewi Ibu yang juga menjadi simbol kesuburan. Arca tersebut sekarang disimpan di Museum Penataran yang terletak di kompleks Candi Penataran. Dengan ditemukan arca Dewi Parwati maka Candi Sumbernanas berlatar belakang agama Hindu karena Siwa merupakan dewaTrimurti  dalam agama Hindu.
Pada dasar Candi Sumbernanas terdapat sumur yang berbentuk persegi. Sumur tersebut diduga sebagai tempat menyimpan peripih.
Sumur di dasar candi
Dilihat dari struktur bangunan candi yang terbuat dari batu bata merah, diduga candi tersebut merupakan peninggalan masa Majapahit atau bahkan lebih tua. Banyak yang mengatakan bahwa Candi Sumbernanas berasal dari masa Mpu Sindok dari Dinasti Isyana.

Minggu, 24 Februari 2013

SITUS SEMEN KEDIRI


Berawal dari gogling akhirnya menemukan sebuah peninggalan sejarah yang dikenal dengan nama “Situs Semen”. Situs Semen berada di Desa Semen, Kecamatan pagu, Kabupaten Kediri. Situs Semen ditemukan pada tanggal 18 November 2009. Untuk mencapai kesana dari pertigaan Kantor Bupati Kediri tinggal menyusuri jalan beraspal ke arah utara (Jalan Pamenang) sekitar 6 kilometer akan dijumpai papan penunjuk Situs Semen si sebuah pertigaan. Dari pertigaan tersebut kita tinggal menuju ke arah barat sampai sebuah pertigaan belok ke utara sampai di persawahan. Di tengah persawahan tersebut ada papan penunjuk arah lagi.

Ada kejadian lucu ketika menyusuri jalan kecil di tengah persawahan tersebut. Dari hasil gogling situs tersebut berada di dekat sungai. Yach kucari tuch yang namanya sungai sampai ketemu jalan buntu yang merupakan dam. Sebenarnya sebelum dam ada sebuah warung yang aku kira warung kopi, eh ternyata merupakan warung dan tempat peristirahatan para petani. Situs Semen berada di dekat warung tersebut tapi harus menyeberangi sungai melalui sebuah jembatan yang terbuat dari bambu.
Penasaran ma benda-benda peninggalan sejarah yang ada di Situs Semen? Yuk mariiii.......


Setelah menyeberangi sungai, kita akan menjumpai dua buah jaladwara yang menghadap ke arah barat. Jaladwara tersebut berbentuk naga. Jaladwara merupakan unsur bangunan yang digunakan untuk mengalirkan air pada bangunan candi atau kolam pemandian pada masa kerajaan Hindu-Budha. Untuk keamanan, jaladwara tersebut dikelilingi pagar kawat.
Di sebelah selatan jaladwara terdapat pecahan tembikar, batu-batu kuno, dan sebuah lumpang batu.
Sebelah barat jaladwara tersebut di pinggir sungai terdapat sisa-sisa bangunan kuno yang terbuat dari batu bata.
Di sebelah timur jaladwara tersebut terdapat sebuah arca yang kemungkinan merupakan arca Dewa Wisnu yang mengendarai Garuda.
Kalau berjalan ke arah timur lagi akan dijumpai sebuah sisa bangunan seperti selokan yang terbuat dari batu batu yang berukuran besar membujur arah utara-selatan. Sebenarnya menurut seorang bapak yang berada di warung dekat situs tersebut yang aku temui, bangunan tersebut panjang sekali. Karena berada di tanah warga akhirnya dikubur kembali.
Sebelah timur bangunan tersebut terdapat tumpukan pecahan keramik dan batu-batu bata yang berada di tepi sungai. Sebenarnya di bawahnya  di sungai tersebut terdapat sebuah sumur tua. Tapi sayang ketika berkunjung kesana waktu musim penghujan dan air sungai mengalir deras sehingga sumur tersebut tidak kelihatan.
Tumpukan batu bata di lokasi situs tersebut diperkirakan sebuah gapura (gerbang). BP3 (Bada Pelestarian Peninggalan Purbakala) Mojokerto Jawaa Timur menyatakan Situs Semen merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dan ditengarai masih banyak peninggalan kuno di sekitar situs mengingat perkiraan luas situs mencapai 1 hektar.


Sumber:
1.      detiksurabaya.com tanggal 2 Juni 2012 diakses tanggal 23 Februari 2013
2.      detiksurabaya.com tanggal 19 Nopember 2009 diakses tanggal 23 Februari 2013
3.      Observasi tanggal 3 Februari 2013

CANDI SIMPING


CANDI SIMPING

Candi SimpinG adalah nama sebuah candi yang baru aku dengar. Karena penasaran akhirnya aku browsing untuk mencari informasi lebih lanjut. Setelah informasi di tangan, aku tambah penasaran untuk datang ke lokasi. Akhirnya dengan modal nekat datang ke candi ini. Dari arah Tulungagung sebelum jembatan Sungai Brantas ada pertigaan (Pademangan), langsung saja belok ke kanan melalui jalan desa jurusan Pasar Kademangan. Setelah berjalan 2 kilometer kebingungan melanda karena ada pertigaan dan perempatan tapi minim sekala papan penunjuk arah apalagi untuk orang awam seperti aku. Setelah berjalan sekitar 4 kilometer sebelum pom bensin yang terletak di sebelah barat jalan terdapat papan penunjuk arah tapi hanya terlihat samar-samar karena sebagian tertutup pohon pisan. Ada pertigaan belok ke kiri (timur). Sekitar 100 meter di sebelah kiri jalan di antara persawahan ada semacam pintu gerbang dan masuk sekitar 10 meter ada papan nama bertuliskan “CANDI SIMPING”. Akhirnya ketemu dech ma Candi Simping yang aku cari meskipun minim papan penunjuk arah.
Gerbang Masuk Candi

Name Board of Candi Simping
Candi Simping disebut juga Candi Sumberjati karena secara administrasi terletak di Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Sampai di pintu gerbang aku disambut Juru Pelihara Candi Simping yang bernama Pak Susilo. Dari beliau aku dapat banyak banget informasi mengenai Candi Simping dan peninggalan-peninggalan lain di sekitar wilayah Blitar serta menemani aku untuk berkeliling melihat-lihat.
Memasuki areal Candi Simping yang berukuran 40 meter x 40 meter ini kita akan disambut sebuah lingga (dikonotasikan sebagai alat kelamin laki-laki) yang memanjang setinggi sekitar satu setengah meter. Menurut Pak Susilo sebenarnya dulu terdapat yoni (dikonotasikan sebagai alat kelamin wanita) tapi hilang entah kemana. Di belakangnya ditumpuk batu-batuan candi yang belum tertata.
Lingga
Candi Simping terbuat dari komposisi batu andesit dan batu bata. Batu batu digunakan untuk isian candi, sedangkan batu andesit digunakan untuk bangunan luar candi.
Candi Simping sekarang hanya menyisakan reruntuhannya saja. Bangunan utama Candi Simping hanya tinggal pondasi atau kaki candi saja. Bangunan ini menghadap ke arah barat dengan ukuran panjang 10,5 meter dan lebar 8,2 meter. Di sisi barat ada tangga (flight step) yang dulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang candi.


Candi terlihat dari barat
Candi terlihat dari utara


Candi terlihat dari timur
Di tengah-tengah bangunan utama terdapat batu segi empat yang terbuat dari batu andesit dimana di permukaannya terpahat relief seekor kura-kura yang dililit 4 ekor naga dimana kepala naga berada di sudut-sudut gambar. Relief tersebut kemungkinan menggambarkan Kurma (avatara ke dua dari dewa Wisnu berwujud kura-kura raksasa) yang dililit Naga Basuki dalam rangka membantu para dewa dan asura untuk memperoleh tirta amerta.
Batu berelief kura-kura dililit ular

Candi Simping 7
Pada pondasi candi setinggi sekitar setengah meter ini banyak sekali terdapat relief binatang. Relief hewan disini sungguh beragam, ada singa, merak, angsa, babi hutan, burung garuda, hingga kuda poni. Selain relief hewan, pada batu – batu candi terdapat relief suluran tanaman dan relief bunga. Ada juga hiasan pilaster candi serta aneka antefik dalam bentuk beragam nan unik.
Relief Nangkala

Relief di Candi Simping
Pada pojok bangunan juga masih terdapat relief.
Sewaktu aku bertanya kepada Pak Susilo apa ada rencana reruntuhan Candi Simping ini direkonstruksi ulang, beliau menjawab memang ada rencana tapi waktunya belum pasti. Batuan candi yang jumlahnya ribuan itu telah ditata rapi di sekitar bangunan utama menurut kelompokya jika swaktu-waktu direkonstruksi. Pihak Balai Purbakala (Dinas Kepurbakalaan) telah memiliki sketsa rekonstruksi Candi Simping. Dalam sketsa rekonstruksi yang dibuat itu tergambar bentuk candi yang ramping meninggi ke atas dengan ketinggian sekitar 16 meter. Sepintas, bentuk candi mirip Candi Sawentar dan Candi Kidal. Pada badan candi yang direkontruksi terdapat hiasan-hiasan bermotif sulur-suluran dan bunga. Sementara pada mustaka candi terdapat pelipit-pelipit garis dan bingkai padma (bunga teratai). Karena ketiadaan dana, Candi Simping ini belum direkonstruksi. Menurut Pak Susilo beberapa waktu yang lalu ada pengunjung 2 orang laki-laki separuh baya dari Banyuwangi datang berkunjung dan bertanya mengapa candi runtuh padahal waktu datang tahun 2007 candi masih dalam keadaan utuh seperti yang ada di gambar sketsa perkiraan dan tingginya seperti pohon kelapa yang ada di pojok timur (sekitar 16 meter). Pak Susilo pun kaget dan bingung padahal beliau sudah menjadi juru pelihara candi sejak tahun 1992. Allahualam, itu adalah kejadian yang terjadi di luar logika.
Sketsa Candi yg utuh
Kitab Negarakertagama menyebutkan Candi Simping ini merupakan tempat diperabukan (pendharmaan) Raden Wijaya (1293-1309 Masehi) bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana, Kerajaan Majapahit dalam perwujudannya sebagai Hari-Hara (suatu sinkretisme antara Hindu dan Budha, sebagai keyakinan yang dianut oleh Sanggramawijaya sendiri). Kerta Rajasa mangkat pada tahun 231 Saka (1309 M) yang kemudian didharmakan di Antah Pura sebagai Budha dan di Candi Simping sebagai Siwa. Dulu di Candi Simping ini ditemukan arca Hari Hara yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Adanya unsur Siwa dan Wisnu tersebut mengindikasikan candi ini beraliran agama Hindu Siwaistis.
Harihara
Candi Simping pernah direnovasi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1285 Saka (1363 Masehi) saat memuliakan leluhurnya yang tidak lain adalah Kerta Rajasa (Raden Wijaya). Raja Hayam Wuruk dalam kunjungannya ke daerah Blitar beberapa kali mampir di candi ini, bahkan Hayam Wuruk dan Mahapatihnya, Gajah Mada pernah menginap di candi ini.
Di sudut barat terdapat batu-batuan candi yang telah ditata menyerupai puncak candi dengan ketinggian sekitar dua meter.
Puncak Candi
Di sebelah utara bangunan candi terdapat Kalamakara yang berjumlah empat yang biasa menghiasi pintu masuk candi bagian atas masih utuh tanpa rusak sedikitpun yang diletakkan di atas umpak. Beratnya batuan tersebut diperkirakan lebih dari 1 ton dan untuk meletakkan di atas umpak tersebut menggunakan alat berat dan membutuhkan waktu seharian. Keempat Kala tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Ada yang perempuan dan ada yang laki-laki.
Kala

Narsis with Kala
Di sebelah barat bangunan utama ada banyak batu-batuan yang terpahatkan relief yang unik. Ada relief seekor siput bercangkang dimana zaman dahulu digunakan untuk seperti seruling kayak yang terjadi di India. Siput tersebut dikelilingi sinar yang melambangkan kemakmuran.
Relief siput
Di sebelah tenggara terdapat arca yang semula aku kira kera, tapi kata Pak Susilo kemungkinan berbentuk singa yang sedang duduk di atas padmasana (singgasana). Sayang kepalanya hilang entah kemana, tinggal badannya saja.
Arca Singa
Ada banyak sekali relief-relief yang ada di batu-batuan candi yang belum tertata tersebut. Tapi sayang Pak Susilo pun mengatakan juga kurang mengerti makna relief tersebut.
Aneka Relief




  
Sumber:
1. Observasi
2. Juru Pelihara Candi Simping, Bapak Susilo
3. Dari berbagai sumber yang mendukung