Senin, 15 September 2014

Gapura Bajang Ratu


Gapura Bajang Ratu Mojokerto

Gapura Bajang Ratu terletak Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dari perempatan Trowulan ke selatan kurang lebih 1 kilometer ada pertigaan ke timur sekitar 2 kilometer. Gapura Bajang Ratu terletak di utara jalan. Kalau berjalan terus ke timur akan kita temui Candi Tikus.
 Bahan utama pembuatan Gapura Bajang Ratu adalah batu bata, kecuali tangga masuk yang terbuat dari batu andesit. Bangunan ini berukuran panjang 11,5 meter, lebar 10,5 meter, dan tinggi sekitar 16,5 meter. Gapura ini diperkirakan berasal dari abad XIII-XIV. Sejak didirikan bangunan ini belum pernah dipugar kecuali usaha konsolidasi pada tahun 1915 yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda. Baru pada tahun 1989 dipugar dan selesai tahun 1992.
Berbeda dengan Gapura Wringin Lawang yang tidak mempunyai atap (gapura berbentuk bentar), Gapura Bajang Ratu memiliki atap (berbentuk paduraksa). Gapura ini mempunyai lorong masuk keluar selebar 1,40 meter. Di sebelah kanan kiri pintu masuk terdapat pahatan berupa binatang yang mempunyai telinga panjang dan ekor yang berbentuk sulur gulung naik ke atas. Di ambang pintu terdapat hiasan kala dengan ornamen sulur-suluran. Pada atap mempunyai bentuk bertingkat-tingkat dengan puncaknya berbentuk persegi. Pada bagian atap ini terdapat hiasan yang berupa kepala naga diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan relief bermata satu atau monocle cyclop. Relief-relief tersebut berfungsi sebagai penolak bala.
 Gapura ini mempunyai sayap di kanan kirinya. Pada sisi sebelah kanan terdapat relief yang menggambarkan raksasa sedang berkelahi melawan kera yang merupakan bagian cerita Ramayana. Menurut Kitab Negarakertagama, gapura ini ditutup dengan daun pintu berukir.
Pada bagian kaki terdapat relief. Tapi sayang, keadaan relief tersebut sudah sangat aus. Salah satu relief menggambarkan Sri Tanjung yang sedang mengendarai ikan paus menyeberangi sungai menuju alam baka. Cerita Sri Tanjung menceritakan tentang kesetiaan seorang wanita. Legenda ini dikaitkan dengan legenda Kota Banyuwangi.
Relief Sri Tanjung
Nama Bajangratu pertama kali disebut pada tahun 1915 dalam Oudheidkunding Verslag (OV). Para ahli mengaitkan Gapura Bajangratu ini dengan Çrenggapura (Çri Ranggapura) atau Kapopongan sebagai tempat suci (dharma) Raja Jayanegara. Sedangkan bangunan suci (pratista) berada di Antawulan (Trowulan). Jadi dapat disimpulkan Gapura Bajang Ratu dibangun untuk memperingati wafatnya Prabu Jayanegara yang telah wafat pada tahun 1328 Masehi karena dibunuh oleh tabibnya sendiri, Tanca. Dalam bahasa Jawa “bajang” berarti kecil atau kerdil atau cacat, sedangkan “ratu” artinya raja. Dengan demikian bajang ratu dapat diartikan raja yang kecil atau kerdil. Hal ini berkaitan dengan Raja Jayanegara dahulu naik tahta dalam usia yang relatif muda.

Sumber:
1.    Papan informasi di Pusat Informasi Majapahit (PIM)
2.    Maryanto, Daniel Agus. 2007. Candi Masa Majapahit. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
3.    Sujarweni, Wiratna. 2012. Jelajah Candi Kuno Nusantara. Yogyakarta: Diva Press.
4.    Kusumajaya, I Made, Aris Soviyani, dan Wicaksono Dwi Nugroho. Tanpa Tahun. Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan. Mojokerto: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan RI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar