Senin, 21 Januari 2013

TANJUNG BENOA, Watersport Center dan Pulau Penyu


TANJUNG BENOA merupakan wisata air yang memiliki keindahan panorama alam yang mempesona. Tanjung Benoa terletak di ujung tenggara Pulau Bali yang secara administratif berada di Kecamatan Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, Bali terletak sekitar 35 menit dari Kuta, 40 menit dari Sanur, dan 20 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai.
Dari tempat parkir bis kita harus berjalan sekitar 200 meter dan melewati sebuah pura kita akan sampai di sebuah pantai. Uuuuuh, angin lautnya bikin seger aja. Pasir dan air laut dah melambai-lamabai mengajak bermain. Uuuhhh, kata-katanya lebay banget yach.
Pura di Tanjung Benoa

Pasirnya yang putih dan ombaknya yang tenang tempat ini cocok untuk dijadikan tempat rekreasi untuk keluarga. Banyak sekali wahana yang dapat kita coba di Tanjung Benoa ini. Ada parasailing, diving (melihat bawah laut), snorkeling (melihat bawah laut menggunakan masker), banana boat, jet sky, dolphin tour, flyingfish, speedboard, terjun payung, dan sebagainya. Wisatawan yang akan parasailing akan dibriefing agar tidak panik saat mengudara atau mendarat. Tali parasailing yang panjangnya kira-kira 50 meter akan dipasang di jet ski. Kemudian jet ski akan dikemudikan dengan kecepatan tinggi dan parasailing yang bermuatan wisatawan ini akan naik melayang dan akan mendarat setelah 1 kali putaran. Harga yang ditawarkan untuk sekali putaran rata-rata sekitar 125 ribu. Berbeda dengan Pantai Kuta, Tanjung Benoa ini memiliki ombak yang cukup tenang sehingga tidak cocok untuk olahraga selancar.
Ketika dalam perjalanan ke tanjung Benoa, tour guide Bli Agung menawarkan paket wisata ke Pulau Penyu dengan biaya 300 ribu per kelompok untuk 10 orang. Kayaknya asyik tuh. Dari tempat parkir langsung menuju pantai. Asyik banget bisa bermain pasir dan main air. Tak lama kemudian perahu yang akan mengantar kami ke Pulau Penyu datang dan sang tour guide memberi kami 2 bungkus plastik roti tawar. Yuks mari berangkat......
Perahu yang kami tumpangi dinamakan “glass bottom boat” dimana di tengah perahu terdapat sebuah kaca biar bisa melihat isi laut. Kayaknya sih lautnya dangkal, karena kita bisa melihat isi laut kayak ikan dan karang atau koral. Apalagi perahunya rendah sehingga kami bisa menyentuh air laut. Berbahaya sih, aku aja kagak berani lama-lama. Sang nahkoda perahu juga mengendarai kenceng banget. Seru juga sampai melampai-lambai tangan dan teriak-teriak ke penumpang perahu lain atau narsis foto dengan latar belakang laut.
Suasana di Glass Bottom Boat
Ketika sampai di suatu tempat sang nahkoda menghentikan laju perahu yang ternyata merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan. Roti tawar yang kami bawa tadi buat kasih makan ikan disini. Asyik juga sih ngasih makan ikan sambil lihat ikan lewat kaca yang ada di tengah perahu. Setelah puas, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pulau Penyu.
Turun dari Bottom Glass Boat

Pantai Pulau Penyu
Setelah setengah jam perjalanan akhirnya sampai juga di Pulau Penyu “Turtle Island”. Perahu tidak bisa merapat ke bibir pantai. Yach kita harus turun n berjalan di tepi laut dengan ketinggian air selutut orang dewasa. Alhasil berjalan dengan tangan kiri pegang sepatu dan tangan kanan memegang celana biar gak basah. Pasir pantai juga masih basah yang menandakan air baru surut.
Sebelum masuk kita dimintai sumbangan seikhlasnya, yach hitung-hitung untuk biaya perawatan. Di depan pintu masuk terdapat sebuah patung penyu yang sangat besar.
Mooncot Sari
Pulau Penyu adalah sebuah pulau kecil yang memiliki keunikan tersendiri. Pulau Penyu merupakan tempat untuk penangkaran beberapa spesies penyu yang hampir punah. Di tempat ini merupakan satu-satunya tempat penangkaran penyu di bali dan dinamakan “Moncoot Sari”. Disana kita juga bisa melihat burung, ular phyton, dan monyet. Kita bisa foto-foto sambil pegang penyu mulai dari anakan sampai induknya, tapi dengan seizin petugasnya loch.

Foto dengan Penyu
Disini kita bisa lihat penyu yang baru menetas sampai penyu yang berusia puluhan tahun. Sayangnya meskipun banyak pekerja yang ada disini tapi kurang punya respon terhadap wisatawan lokal. Jadi yach kita keliling dengan sendirinya dan cari tahu sendiri. Para pekerja malah asyik ngobrol di dekat pintu masuk.
Menurut cerita tour guide kami. Dahulu penyu diburu dijadikan makanan, karena masyarakat gemar makan daging penyu yang konon rasanya enak sekali. Bahkan makanan khas Bali yang dinamakan “lawar” itu menggunkan darah penyu. Lama-kelamaan populasi penyu semakin habis. Oleh karena itu Pemerintah daerah Bali membuat peraturan dalam ritual di pura boleh menggunakan korban penyu asalkan sudah mengantongi izin.
Kami bisa masuk ke kandang burung. Burungnya ditaruh di pundak, trus diabadikan dech moment langka kayak gini. Eits, ada juga ular yang berada di atas meja. Boleh pegang loch, tapi yach takut-takut gitu dech.
Foto dengan burung
Foto seru-seruan dengan ular
Meskipun tempatnya terpencil, tapi Pulau Penyu juga menyediakan tempat penjualan makanan-minuman serta penjualan cinderamata yang juga menyediakan replika penyu.
Gak terasa waktu kunjungan telah habis. Akhirnya kami balik ke perahu yang akan membawa kami ke Tanjung Benoa lagi. Apalagi teman-teman satu rombongan dan menelpon menyuruh segera balik tuk makan siang.
Menu Makan Siang

Makan siangnya enak banget. Sayur asem, ada sambal tomat, ada udang goreng tepung plus perkedel jagung. Uuuuuh, nyaaaammmyyyy. Ditambah makan di tepi pantai sambil memandang laut lepas. Terasa nyaman dan tentram di hati.
Abis makan saatnya melanjutkan perjalanan.
Seeeeee youuuuuuu,,,,,,
Cuuuuuusssss,,,,,


Sumber data:
1.     Bli Agung, sang tour guide,,,
2.     Observasi langsung tanggal 12 September 2012

CANDI AMPEL TULUNGAGUNG, Reruntuhan yang Masih Menyimpan Misteri


CANDI AMPEL? Belum lama aku dengar nama candi ini. Penasaran banget jadinya. Didasari rasa penasaran, akhirnya aku datang ke tempat ini. Secara administratif Candi Ampel terletak di Dusun Ngampel, Desa Joho, Kecamatan Kalidawir, sekitar 23 kilometer arah selatan dari pusat pemerintahan Kabupaten Tulungagung.
Untuk sampai ke Candi Ampel dari Kota Tulungagung dapat langsung menuju arah tenggara yaitu Pasar Karangtalun yang berada di pusat pemerintahan Kecamatan Kalidawir. Dari pertigaan Pasar Karangtalun tinggal menyusuri jalan beraspal ke arah barat. Di pertigaan jalan beraspal Desa Joho ada papan penunjuk arah. Dari pertigaan masuk jalan tidak beraspal ke arah barat sekitar 100 meter. Kemudian ada gang kecil ke arah selatan untuk menuju lokasi Candi Ampel ini.
Pertama kali menginjakkan kaki, hanya rasa penasaran yang ada mengenai sejarah candi ini. Ada name board yang terletak di depan menghadap ke arah barat. Halaman areal situs ini terlihat bersih yang menandakan kalau situs ini dirawat.

 Name Board Candi Ampel

Candi ini terletak di tengah pemukiman penduduk yang tidak begitu padat. Areal candi ini berukuran sekitar 20 meter x 15 meter yang dikelilingi kawat berduri dan menghadap ke arah barat. Halaman di sekitar candi ini banyak ditanami tumbuhan keras. Halaman candi dikelilingi pagar yang terbuat dari kawat berduri.

Secara umum kondisi Candi Ampel sudah hancur mengenaskan karena telah runtuh dan hanya tinggal tumpukan bata merah dengan tinggi sekitar 1,5 meter serta ada beberapa komponen yang terbuat dari batu andesit.
Candi Ampel terlihat dari arah barat

Candi Ampel terlihat dari arah selatan

Candi Ampel terlihat dari arah timur
 Candi Ampel terlihat dari arah utara

Ada beberapa umpak yang tersisa. Umpak di candi ini mirip dengan umpak yang ada di Candi Gayatri di Boyolangu. Hal ini menimbulkan spikulasi kalau bentuk Candi Ampel mirip dengan Candi Gayatri. Tetapi anggapan tersebut hanya tinggal anggapan, karena data sejarah mengenai candi ini minim sekali. Kebetulan waktu berkunjung ke sana bertemu dengan seorang bapak yang sedang mencari makanan ternak. Ternyata bapak itu adalah sang juru kunci candi ini dan bernama Sawa’un. Karena ada narasumber yang berkompeten akhirnya aku bertanya mengenai candi ini. Beliau sendiri dan juru kunci sebelumnya juga kurang mengetahui sejarah mengenai candi ini. Menurut beliau, dulu ada banyak arca tetapi ada yang hilang. Dua arca yang tersisa akhirnya beliau bawa pulang untuk menghindari pencurian. Sayang sekali waktu datang ke Candi Ampel ini tidak sempat mampir ke rumah sang juru kunci untuk melihat arca tersebut.



Candi ampel terbuat dari batu bata dan batu andesit. Candi ini telah lapuk dimakan usia sehingga banyak kerusakan. Keadaan ini diperparah dengan tumbuhnya 7 pohon yang berukuran raksasa pada tubuh candi/tengah candi, yaitu pohon Joho, Winong, Aren, Kendal, Serut, Ingas dan Leran.






Candi ini hanya menyisakan sedikit relief. Walaupun demikian di sisa kaki candi sebelah selatan, maih terlihat relief yang menunjukkan pahatan sulur-suluran dengan motif flora. Ada pula pahatan yang menyerupai bentuk tubuh manusia, tapi sudah tidak berkepala. Sayang sekali relief-relief tersebut hanya terlihat samar-samar. Sulit sekali mengidentifikasi latar belakang keagamaan Candi Ampel ini karena minimnya relief yang ada atau bukti-bukti sejarah yang lain.
Di sekitar candi juga masih ada peninggalan yang berupa arca berwujud seperti manusia yang tanpa kepala serta beberapa balok batu andesit.


 Candi ini terletak di dataran rendah di sekitar kaki perbukitan Walikukun. Sebagian besar candi yang berada di lokasi lain di dataran rendah yang sama berlatar belakang sejarah dari masa Majapahit. Berdasarkan lokasi dan rancang bangunnya, kemungkinan besar Candi ampel ini juga dibangun pada waktu yang sama yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.
Adanya ornament di kaki candi yang berupa sulur-suluran, arca Dwarapala, umpak-umpak dan yoni merupakan kekuatan situs ini yang masih dapat kita kenali. Adanya yoni menunjukkan bahwa bangunan candi ini berlatar belakang keagamaan Hindu. Adanya umpak-umpak menunjukkan bahwa candi ini dulunya mempunyai atap yang menaungi bagian atas dan umpak-umpak ini sebagai penyangganya. Sebagaimana candi lainnya di Indonesia, Candi Ampel dahulu juga digunakan sebagai pemujaan. Sekarang candi ini sudah tidak lagi digunakan sebagai tempat pemujaan bagi umat agama Hindu, hanya berfungsi sebagai objek wisata saja. Dalam hal tertentu, candi ini masih dijadikan sebagai tempat “nyuwun donga” (meminta do’a dan berkah) oleh penduduk sekitar candi. Waktu berkunjung ke candi ini, saya bertemu 2 orang laki-laki. Mereka bilang sering datang ke sana. Katanya kalau punya hajat (keinginan) dan berdoa di candi ini bisa terkabul keinginannya. Di sekitar reruntuhan candi juga saya temukan tungku yang kemungkinan digunakan untuk membakar kemenyan. Memang candi ini sepertinya dikeramatkan dan dimanfaatkan beberapa orang untuk mencari wangsit.

Sumber :
1. Observasi tanggal 24 Juni 2012
2. Bapak Sawa'un, Juru Kunci Candi Ampel
3. Berbagai sumber yang mendukung

Senin, 14 Januari 2013

Garuda Wisnu Kencana Cultural Park (GWK)


Garuda Wisnu Kencana Cultural Park atau biasa disingkat GWK terletak di Bukit Ungasan Jalan Raya Uluwatu, Jimbaran, Bali telepon (0361) 703 603 dan Koordinat GPS S08 48 27.2 E115 09 51.8. GWK berjarak sekitar 25 kilometer dari Denpasar atau 15 kilometer dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Garuda Wisnu Kencana berarti burung Garuda yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu.
Jalan menuju GWK asyik banget. Apalagi bisa lewat Universitas Udayana dengan jalan yang berkelok-kelok. Setelah melewati gerbang dan pos penjagaan kita akan sampai di pelataran parkir yang sangat luas. Sambil nunggu beli karcis kita bisa menunggu sambil melihat-lihat patung yang ada di depan pintu masuk. Tiket masuk sebesar Rp. 25.000,00 untuk anak-anak dan pelajar, Rp. 30.000,00 untuk wisatawan lokal dewasa, dan Rp. 60.000,00 untuk wisatawan asing. GWK ini buka setiap hari pukul 08.00-22.00 WITA.
Patung Depan Pintu Masuk

Asyiknya nunggu kalo narsis kayak gini
Garuda Wisnu Kencana Cultural Park menempati area seluas 250 hektar. Di areal taman budaya ini akan didirikan sebuah maskot (landmark) Bali yaitu patung berukuran raksasa berupa Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung garuda yang direncanakan tingginya sekitar 145 meter dengan bentang sayap garuda sepanjang 66 meter dan diperkirakan mempunyai besar sekitar 4000 ton. Patung tersebut terbuat dari campuran tembaga, baja, dan kuningan. Uups, mengalahkan Patung Liberty dong? Patung Garuda setinggi 12 meter dan patung Dewa Wisnu setinggi 18 meter. Patung tersebut karya seniman terkenal Bali I Nyoman Nuarta.
Garuda Wisnu Kencana Cultural Park mulai dibangun pada tahun 1997 yang direncanakan menjadi sebuah tempat dengan segala fasilitas hiburan, shopping sekaligus tempat rekreasi seluas puluhan hektar. GWK diharapkan menjadi simbol dari penyelamatan lingkungan dan dunia. Proyek ini sempat dihentikan karena ada berbagai masalah, diantaranya masalah pendanaan. Yang baru selesai adalah setengah badan Dewa Wisnu, burung Garuda, dan tangan Dewa Wisnu. GWK diproyeksikan bisa mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai 20 kilometer yang dapat melihat Kuta, Sanur sampai Nusa Dua.
Pintu Masuk

Eiiittts, karcis sudah di tangan tinggal masuk aja. Setelah melewati pos pemeriksaan karcis sampailah di pelataran yang cukup luas yang dinamakan “Street Theatre” yang terdapat banyak pedagang makanan, minuman, dan souvenir. Penasaran dong ma patungnya?
Street Theatre
Langsung aja kesana yuk! Untuk kesana akan melewati Amphitheater. Amphitheatre adalah tempat di luar ruangan (outdoor) dengan kapasitas 800 tempat duduk untuk pertunjukkan khusus dengan akustik. Kalau mau nonton setiap pukul 13.00-14.00 WITA ada pertunjukkan Barong Keris Dance dan pukul 18.00-19.00 ada pertunjukkan Tari Kecak. Asyik tuh kayaknya, gratis lagi. Tapi sayang pas kesana aku masih pagi sekali coz mo ke tempat wisata lain juga sich, jadi harus pintar-pintar ngatur jadwal.
Gerbang Lotus Pond
Lotus Pond
Kita juga akan melewati gerbang yang bertuliskan “Lotus Pond”. Emang sich lokasi ini terletak di atas dataran tinggi batu kapur padas. Lokasinya asyik n eksotik banget. Seperti padang rumput yang dikelilingi tebing tinggi. luasnya sekitar 4000 meter persegi. Tempat tersebut bisa menampung hingga 7000 orang sehingga cocok sekali untuk menjadi tempat mengadakan acara besar dan internasional.
Di tebing yang mengelilingi ini terdapat sebuah taman (Taman Tebing) yang sering banget buat shooting film-film itu loch.
Yuks langsung aja keburu penasaran ma patung garuda. Dari Lotus Pond kita harus menaiki tangga dulu. Gak lupa narsis dulu. He33...
Tangga Naik
Setelah melewati tangga kita akan sampai di pelataran dimana ada Patung Garuda. Woow besar sekali. Patung kepala burung garuda bener-bener raksasa. Gimana yach kalau sudah jadi secara keseluruhan?? Pasti amazing sekali. Ada pelataran yang luas, cocok untuk sarana rekreasi keluarga. Satu lagi, yang seneng foto-foto bisa narsis dengan latar belakang “Lotus Ponds” atau kepala burung Garuda.
Patung Kepala Burung Garuda

Narsis with LOtus Pond
Yuks lanjut lagi perjalanan. Setelah melewati tangga naik kita akan sampai di Wisnu Plaza. Wisnu Plaza merupakan tanah tertinggi di GWK yang merupakan tempat sementara diletakkannya Patung Wisnu yang dikelilingi air mancur dan sumur yang konon tidak pernah kering meski lagi musim kemarau. Karena terletak di tempat yang tinggi, jadi kita bisa melihat pemandangan yang indah sekali.
Patung Dewa Wisnu
Tempat Pemujaan Dekat Patung Dewa Wisnu
Narsis Rame-Rame

Artistik gak yach?
Mau lihat pemandangan yang lebih seru? Di area ini juga ada persewaan teropong untuk melihat pemandangan alam yang lebih jauh lagi.
Persewaan Teropong

Uups waktunya tuk nerusin perjalanan nih. Setelah melewati tangga turun kita akan sampai di suatu taman yang di tengahnya terdapat kolam. Asri banget dengan tanaman yang menghijau. Eits ketemu bule, bisa diajak foto nih. He...he...hee.
Taman yang Asri

Untuk menuju pintu keluar kita akan melewati Street Theatre lagi. Jalan keluar harus melewati Souvenir Shop. Ada banyak pernak-pernik dan produk khas Bali yang bisa kita jadikan oleh-oleh.
RElief di Street Theatre
Souvenir Shop
Akhirnya sampai di bis lagi, saatnya lanjutkan perjalanan.
Cuuuuuuuusssssss............................