Rabu, 05 Maret 2014

CANDI RINGINANYAR


C
andi Ringinanyar??? Pernahkah Anda mendengar nama Candi Ringinanyar? Anda penasaran???? Saya jugaaaa. Nama Candi Ringinanyar aku dapat ketika membaca daftar peninggalan sejarah di daerah Blitar. itupun juga sudah lama sekali. Secara gak sengaja, ada acara buwuh ke Ringinanyar waktu ingat ya langsung aja aku cari. Oh ya, Candi Ringinanyar terletak di Dusun Ringinjejer, Desa Ringinanyar, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Gak sulit untuk menemukan candi tersebut, sekali bertanya ke seorang penduduk langsung ketemu. Kondisi Candi Ringinanyar sangat mengenaskan. Bangunan kuno yang terbuat dari batu bata tersebut telah runtuh. Batu-batu penyusun candi telah berserakan dan ditumbuhi pepohonan besar. Mengingat kondisi yang tidak utuh lagi, masyarakat lebih sering menyebutnya dengan nama Candi Bubrah. Kondisi Candi Ringinanyar tersebut mengingatkan aku tentang kondisi Candi Ampel di Tulungagung yang juga telah runtuh dan ditumbuhi pepohonan besar.






Sumber:
1.    Dari berbagai sumber yang relevan
2.    Observasi tanggal 17 Oktober 2013

PRASASTI JARING


Prasasti Jaring  terletak di Dusun Jaring, Kelurahan Kembangarum, Kecamatan Sutojayan, Blitar. Prasasti ini disebut juga Prasasti Gurit karena dahulu tempat ini merupakan hutan yang dinamakan Gurit. Prasasti Jaring menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Isinya menyebutkan peresmian sima Jaring pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Marggasira tahun 1103 Saka ( 19 November 1181M) oleh Sri Maharaja Sri Kroncaryyadipa Handabhuwanamalaka Parakramanindita Digjayo-ttungadewanama Sri Gandra. Hurufnya dipahatkan mengelilingi batunya, pada bagian depan berjumlah 25 baris dan bagian belakang 30 baris. Prasasti yang bertarik 1181 M ini berisikan tentang penduduk Desa Jaring yang telah menghadap raja dengan perantaraan senapati sarwwajala (panglima angkatan laut), memberitahukan bahwa mereka telah memperoleh anugerah Raja Kadhiri sebelumnya tetapi belum menikmati sepenuhnya sampai saat itu. Karena mereka menunjukkan kesetiaannya dan ikut memerangi musuh raja akhirnya permohonannya dikabulkan.
Prasasti Jaring ter4lihat dari kejauhan
 
Prasasti Jaring terlihat dari depan

Prasasti Jaring terlihat dari samping
Prasasti Jaring terlihat dari belakang
Prasasti Jaring terlihat dari samping
Narsiss duuuyuuu eeey....



Sumber:
1.     Machi Suhadi, Richadiana K. 1996. Berita Penelitian Arkeologi No.47: Laporan Penelitian Epigrafi di Wilayah Provinsi Jawa Timur. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
2.     Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
3.  Observasi tanggal 27 Oktober 2013

Rabu, 17 Juli 2013

CANDI SUMBERNANAS



Name Board Candi Sumbernanas
Candi Sumbernanas secara administratif terletak di Dusun Rejoso, Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Lokasi candi tersebut sangat terpencil dan harus bertanya beberapa kali kepada penduduk untuk mencapainya karena letaknya berada di tengah persawahan dikelilingi pepohonan dan jarang sekali pemukiman warga di sekitarnya. Candi tersebut tidak kelihatan dari jalan desa karena tertutup tanaman. Candi Sumbernanas ditemukan pertama kali pada tahun 1919. Lokasi candi berdekatan dengan Candi Kalicilik, yaitu sekitar 2 kilometer.
Kondisi bangunan Candi Sumbernanas telah runtuh dan berantakan, badan dan atap candi telah hilang, hanya menyisakan bagian kaki candi. Oleh karena itu, masyarakat sekitar menyebut Candi Sumbernanas dengan sebutan Candi Bubrah. Waktu bertanya penduduk sekitar dimana Candi Sumbernanas tapi mereka kurang tahu dan menjawab adanya Candi Bubrah. Nama “Sumbernanas” diberikan karena daerah sekitar merupakan daerah pertanian dengan tanaman khas nanas.
Candi Sumbernanas dari berbagai segi
Candi Sumbernanas terbuat dari batu bata merah. Candi menghadap ke arah barat. Candi ini berukuran panjang sekitar 7,6 meter dan lebar sekitar 7,4 meter. Belum diketahui kapan dan oleh siapa Candi Sumbernanas, karena belum ada keterangan dan bukti tertulis misalkan prasasti.
Arca Dewi Parwati
Pada Candi Sumbernanas pernah ditemukan Arca Dewi Parwati. Dewi Parwati merupakan sakti atau istri Siwa Mahadewa dan dianggap sebagai Dewi Ibu yang juga menjadi simbol kesuburan. Arca tersebut sekarang disimpan di Museum Penataran yang terletak di kompleks Candi Penataran. Dengan ditemukan arca Dewi Parwati maka Candi Sumbernanas berlatar belakang agama Hindu karena Siwa merupakan dewaTrimurti  dalam agama Hindu.
Pada dasar Candi Sumbernanas terdapat sumur yang berbentuk persegi. Sumur tersebut diduga sebagai tempat menyimpan peripih.
Sumur di dasar candi
Dilihat dari struktur bangunan candi yang terbuat dari batu bata merah, diduga candi tersebut merupakan peninggalan masa Majapahit atau bahkan lebih tua. Banyak yang mengatakan bahwa Candi Sumbernanas berasal dari masa Mpu Sindok dari Dinasti Isyana.

Minggu, 24 Februari 2013

SITUS SEMEN KEDIRI


Berawal dari gogling akhirnya menemukan sebuah peninggalan sejarah yang dikenal dengan nama “Situs Semen”. Situs Semen berada di Desa Semen, Kecamatan pagu, Kabupaten Kediri. Situs Semen ditemukan pada tanggal 18 November 2009. Untuk mencapai kesana dari pertigaan Kantor Bupati Kediri tinggal menyusuri jalan beraspal ke arah utara (Jalan Pamenang) sekitar 6 kilometer akan dijumpai papan penunjuk Situs Semen si sebuah pertigaan. Dari pertigaan tersebut kita tinggal menuju ke arah barat sampai sebuah pertigaan belok ke utara sampai di persawahan. Di tengah persawahan tersebut ada papan penunjuk arah lagi.

Ada kejadian lucu ketika menyusuri jalan kecil di tengah persawahan tersebut. Dari hasil gogling situs tersebut berada di dekat sungai. Yach kucari tuch yang namanya sungai sampai ketemu jalan buntu yang merupakan dam. Sebenarnya sebelum dam ada sebuah warung yang aku kira warung kopi, eh ternyata merupakan warung dan tempat peristirahatan para petani. Situs Semen berada di dekat warung tersebut tapi harus menyeberangi sungai melalui sebuah jembatan yang terbuat dari bambu.
Penasaran ma benda-benda peninggalan sejarah yang ada di Situs Semen? Yuk mariiii.......


Setelah menyeberangi sungai, kita akan menjumpai dua buah jaladwara yang menghadap ke arah barat. Jaladwara tersebut berbentuk naga. Jaladwara merupakan unsur bangunan yang digunakan untuk mengalirkan air pada bangunan candi atau kolam pemandian pada masa kerajaan Hindu-Budha. Untuk keamanan, jaladwara tersebut dikelilingi pagar kawat.
Di sebelah selatan jaladwara terdapat pecahan tembikar, batu-batu kuno, dan sebuah lumpang batu.
Sebelah barat jaladwara tersebut di pinggir sungai terdapat sisa-sisa bangunan kuno yang terbuat dari batu bata.
Di sebelah timur jaladwara tersebut terdapat sebuah arca yang kemungkinan merupakan arca Dewa Wisnu yang mengendarai Garuda.
Kalau berjalan ke arah timur lagi akan dijumpai sebuah sisa bangunan seperti selokan yang terbuat dari batu batu yang berukuran besar membujur arah utara-selatan. Sebenarnya menurut seorang bapak yang berada di warung dekat situs tersebut yang aku temui, bangunan tersebut panjang sekali. Karena berada di tanah warga akhirnya dikubur kembali.
Sebelah timur bangunan tersebut terdapat tumpukan pecahan keramik dan batu-batu bata yang berada di tepi sungai. Sebenarnya di bawahnya  di sungai tersebut terdapat sebuah sumur tua. Tapi sayang ketika berkunjung kesana waktu musim penghujan dan air sungai mengalir deras sehingga sumur tersebut tidak kelihatan.
Tumpukan batu bata di lokasi situs tersebut diperkirakan sebuah gapura (gerbang). BP3 (Bada Pelestarian Peninggalan Purbakala) Mojokerto Jawaa Timur menyatakan Situs Semen merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dan ditengarai masih banyak peninggalan kuno di sekitar situs mengingat perkiraan luas situs mencapai 1 hektar.


Sumber:
1.      detiksurabaya.com tanggal 2 Juni 2012 diakses tanggal 23 Februari 2013
2.      detiksurabaya.com tanggal 19 Nopember 2009 diakses tanggal 23 Februari 2013
3.      Observasi tanggal 3 Februari 2013